Cerita Terigas

Nice People, Beautiful Mind, Great Civilization

  • Sambas Punye Cerite

    sambas terigas
  • April 2024
    M T W T F S S
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    2930  
  • counter
  • Blog Stats

    • 6,552 hits
  • RSS Antara Terkini

    • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

Minat Pemuda Terhadap Budaya Minim Mahasiswa Malaysia Pelajari Melayu Sambas

Posted by Wahyudi English on October 6, 2010

Senin, 14 Juni 2010 , 07:39:00
SAMBAS. Lunturnya dialek bahasa Melayu di kalangan generasi muda Malaysia patut menjadi pelajaran bagi kita. Miris dengan kondisi tersebut, mahasiswa Akademik Pengkajian Melayu (APM) Malaysia melakukan Studi Banding Budaya Melayu di Kabupaten Sambas selama seminggu.Sebanyak 23 mahasiswa S2 tersebut berasal dari Universiti Malaya. Sabtu (12/6) lalu, mereka mengawali penelitiannya mengenai budaya Melayu di Desa Sebadi dan Desa Ratu Sepudak, Kecamatan Teluk Keramat.

Guna mendukung kegiatan tersebut, Dinas Pemuda Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sambas mengenalkan situs sejarah budaya Sambas, diantaranya Istana Alwatzikoebillah Sambas, ziarah ke Makam Ratu Sepudak dan menyaksikan secara langsung seni tradisional, seperti Tari Otar-otar, Bekesah dan dialek bahasa Melayu. “Tak hanya itu, para mahasiswa juga menyaksikan seni Ratib Saman dan pertunjukan Alok Gambang,” kata Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Sambas   Sherly Nurlita SH didampingi Kasi Budaya Disporabudpar Kabupaten Sambas Tajili kepada Equator, Sabtu (12/3) saat melakukan kunjungan ke Desa Sebadi, Kecamatan Teluk Keramat dan Desa Kota Lama, Kecamatan Galing.

Ditemui terpisah, Dosen Pembimbing Mahasiswa APM Dr Sudarsono mengatakan, banyak hal mereka peroleh setelah berkunjung ke Kabupaten Sambas, seperti Tari Otar- otar dan Desa Kota Lama Kecamatan Galing, yang tidak banyak mahasiswa Malaysia mengetahuinya. “Kebudayaan lain, adalah mengenal tradisi adat pernikahan Melayu Sambas. Kami juga menyaksikan pagelaran Tari Ratib Saman, Mayong, Bubu, dan Tari Radat di Desa Sebadi,” jelasnya.

Menurutnya, tidak banyak mahasiswa yang tertarik mengambil Jurusan Budaya Melayu. Justru, banyak mahasiswa di Malaysia menekuni bidang teknologi. Akibatnya, tidak banyak generasi muda disana yang tahu mengenai kebudayaan Melayu yang sesungguhnya. Bahkan, di Malaysia dialek bahasa Melayu sudah jarang ditemukan. “Ada sebagian kecil perkampungan yang masih dihuni warga Melayu dengan mempertahankan tradisi yang ada. Sementara di pusat kota, bahasa Melayu yang ada sudah bercampur dengan bahasa Inggris,” ungkapnya.

Kondisi ini paparnya, terjadi karena banyak pemuda maupun pemudi mengenyam pendidikan di luar negeri. Sehingga bahasa Melayu dan bahasa Inggris sering digunakan masyarakat Malaysia secara bercampur-campur. “Seiring berkembangnya teknologi, semakin meredupkan minat masyarakat meneliti budayanya,” ucapnya.

Oleh karena itu lanjutnya, kunjungan ke Kabupaten Sambas bertujuan untuk mengenalkan para mahasiswa dan berminat mendalami bahasa, adat dan budaya Melayu di Sambas. “Hasilnya akan menjadi sebuah referensi mahasiswa, setelah melihat secara langsung kebudayaan Melayu Sambas itu sendiri,” tegasnya.

Hal senada diungkapkan Amin, Ketua Regu Mahasiswa Malaya. Ia kagum dengan semua yang disaksikan dalam kunjungan ke Kabupaten Sambas. Mulai dari keramahtamahan masyarakat hingga sambutan yang diberikan masyarakat. “Banyak pagelaran sudah disaksikan, begitu juga dengan jamuan makanya. Sungguh luar biasa,” pujinya.

Sementara itu, Kepala Dusun Kota Lama, Kecamatan Galing Marwan menyambut baik kunjungan mahasiswa Malaysia untuk melakukan pengkajian kebudayaan Melayu Sambas. Ia berharap hasil kunjungan mahasiswa dapat makin mengenalkan seni dan budaya Kabupaten Sambas ke mancanegara. (edo) — Equator News Online

Posted in Culture | Leave a Comment »

Hubungan erat Kesultanan BRUNAI – SARAWAK – SUKADANA – SAMBAS – MATAN

Posted by Wahyudi English on October 6, 2010

Sunday, December 28, 2008

ABOUT 200 years before the Brookes became the White Rajah of Sarawak, Sarawak was under the control of the Brunei Sultanate. Not much has been known how Sarawak was governed by the Brunei Sultanate but presumably there was an equivalent of a governor then.

Not many know that around 1598, Sarawak had its first and only Sultan. How did this come about?

When Sultan Muhammad Hassan, Brunei’s ninth Sultan who reigned from 1582 to 1598 died, the throne was ascended by his eldest son, Sultan Abdul Jalilul Akbar.

Sultan Abdul Jalilul Akbar had a younger sibling named Pengiran Muda Tengah Ibrahim Ali Omar Shah or was better known as Raja Tengah.

According to oral tradition, Pengiran Muda Tengah wanted to become the Sultan of Brunei as well. He argued that his elder brother was born when his father was not yet the Crown Prince whereas he was born when Sultan Muhammad Hassan was anointed as the Crown Prince. This, argued Pengiran Muda Tengah, made him more suited to be the Sultan than his elder brother.

Sultan Abdul Jalilul Akbar was a wise man. He understood his younger sibling’s intention and he tried to accommodate his brother’s wishes. One way out for Sultan Abdul Jalilul Akbar was to appoint Pengiran Muda Tengah as a Sultan somewhere else. And so Pengiran Muda Tengah was appointed as the Sultan of Sarawak, since Sarawak was then owned and governed by Brunei.

According to the Salsilah Raja-Raja Brunei, Pengiran Muda Tengah accepted the appointment and he made preparation to go to Sarawak. When he went to Sarawak, more than 1,000 warriors of Sakai, Kedayan and Pulau Bunut origins accompanied him. A few nobilities went along with him to help him administer the new country. Many of these are the forefathers of some of today’s Malay community in Sarawak.

READ MORE

Posted in Histrory | 1 Comment »

The Sambas Treasure / Harta Karun dari SAMBAS

Posted by Wahyudi English on May 28, 2009

Silver Buddha on a bronze lotus base

From Borneo, Indonesia; probably made in Java 8th or 9th century AD

ps252277_l

Sculpture from the Sambas Treasure

The right hand of the Buddha is held in the gesture of argument or discussion (vitarkamudra), his left holds his robes. He stands before an aura of light edged with flames. Above his head is a parasol, a reminder of his early life as a prince. This very fine image is solid cast in silver with a small gold inlay in the centre of his forehead (urna), a distinctive mark of the Buddha. Gold inlay is typical of many bronze images made in eastern India. Metal sculptures were carried to the islands of South-east Asia by pilgrims returning from the Buddhist holyland in eastern India. However, the style of this image is local, and it was probably made in Java.

This is one of a large group discovered at Sambas in western Borneo and thus known as the ‘Sambas Treasure’. Until the coming of Islam in the late thirteenth century, much of island South-east Asia professed Buddhism or Hinduism. This sculpture is one of the earliest found in this area of maritime South-east Asia. With this image were found eight other gold and silver images, either the Buddha or bodhisattvas, along with a unique bronze incense burner in the shape of a house. Sambas was important as an ancient source of gold in South-east Asia. The production of so many images in such prestigious materials as gold and silver suggest that they were made for a very wealthy patron.

N. Tarling (ed.), The Cambridge history of South (Cambridge University Press, 1992)

R.E. Fisher, Buddhist art and architecture (London, Thames & Hudson, 1993)

Source : British Museum dot org

Posted in Histrory | Leave a Comment »

cerite ngade ngade

Posted by Wahyudi English on May 24, 2009

CERITE NGADE NGADE
ge’ mare’ jaman inggris na’ nguase’ nagri sambas, datanglah pasukan inggris pakai kapal ampat buah, semue  kapal pannoh leh laskar inggris. pas waktu iye, ade urang kampong kame bekayuh ngabbut sinolo’an dangan kapal inggris, siage’ age’an ngabbut, ma’lum rupe nye kawan to’ bejaje ikan pare’ salai, na’ dijajekan ke urang inggris. barang tade perawunye siage’ age’an laju, ballom sampai ke lanting, perawunye dilanggar leh kapal inggris. die tikajjut urang inggris pun tikajjut.

laka’ iye datang lah panglime laskar inggris ye, ngerebeh. lalu panglime iye marah: “he, you orang mau jadi extremist he, apa mau you, I gantung and kaki diatas and kepala dibawah, he…….”

merase ade jimat kabbal, urang tade pun marah: “bayya’ bayya’ tuan, tuan to’ be nang melanggar perawu saye, tang alu tuan ude’ nang ngerepek, minta kallar ke ape….ha. poko’nye minta ganti rugi, perawu saye sampai tibelungking ye”

“what? ganti rugi? ha ha ha” merah merah muke panglime tade’ titawa. “bullshit, itu kan only kayu and kayu, I punya kapal dari kayu, and you punya perahu also dari kayu, kenapa I harus ganti rugi, ha ha ha”

“oooooooo, gayye be iiiiiiiiii” kate orang tade’ merah mukenye, bebulu atinye dangar olo’an panglime tadi. lalu diterapa’nye panglime tadi diraggangnye, lalu diambe’nye barang dalam kocekannye, lalu betanya dangan panglime tadi “tuan tau ape to’ ee?” “that’s pari punya kulit” jawab panglime. laka’ iye di hontoskannye kulit pare tadi ke jandul panglime nang langar ye siage’ agean kuat, sampai ngrauk panglime ye baru dilappaskannye.

“tembak itu orang” panglime merentahkan anak buahnye. “sabar dolo tuan, tuan ndak parlu marah, suruh latakan beroneng anak buah tuan ye, tade tuan ngomong kayu dengan kayu daan ape ape, sekarang kulit dengan kulit, berarti ndak ape ape lah”

panglime tade’ ndak rabbah bunyi mati kutu,  macam tikus basa’ kesupanan.

Posted in Only Joking | 1 Comment »

Penyelidikan Bahasa dan Masyarakat Islam di Alam Melayu

Posted by Wahyudi English on March 6, 2008

Oleh: Yusriadi

Pengantar:
Tulisan ini adalah makalah yang disampaikan dalam Seminar 35 tahun Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Seminar dilaksanakan tanggal 25 Juni 2007 lalu di Sudut Wacana Kampus UKM, Bangi, Kuala Lumpur.

Pendahuluan

Tema ini sangat menarik. Biasanya, dalam pandangan awam –khususnya orang di Kalimantan Barat, penyelidikan bahasa dan perkembangan masyarakat Islam bergerak terpisah. Bahasa, ya, bahasa. Masyarakat Islam, ya, masyarakat Islam.
Penyelidikan bahasa berkaitan dengan kegiatan linguis mengumpulkan data bahasa yang digunakan masyarakat, atau bicara mengenai bentuk yang diterima dan tidak. Hampir-hampir terlepas dari masyarakat Islam.

Bila membicarakan masyarakat Islam berarti membicarakan bagaimana masyarakat mengamalkan ajaran Islam. Membicarakan penelitian Islam, para ilmuan lebih cenderung melihat dari sisi normatifnya.
Sebelum ini ada juga kecenderungan untuk menganggap Islam sebagai bentuk yang asli dari tradisi agama samawi tersebut. Jadi Islam akan berkaitan dengan persoalan-persoalan ibadah dan lain sebagainya. Bila di luar dari kenyataan ini, orang akan menganggap ini bukan Islam, atau ini bukan yang asli Islam.
Sesungguhnya kewujudan hal seperti ini amat ketara, dan merupakan gejala umum di Indonesia. Dalam buku mengenai penelitian agama di Indonesia sudahpun disebutkan bagaimana kalangan agamawan memisahkan antara penelitian sosial dan penelitian agama. Oleh sebab itu penelitian mengenai masyarakat Islam kurang mendapat sentuhan dari sudut ilmu sosial. Tulisan ini, dalam banyak hal menggambarkan upaya yang perlu dilakukan untuk menempatkan konteks sosial keagamaan pada satu tataran praktis. baca selengkapnya

Posted in Culture | 1 Comment »

‘Kader’ Pembangun Desa

Posted by Wahyudi English on March 2, 2008

Kire-kire 2 – 3 bulan agi lah nak pemilihan, banyak urang nang datang ke kampung kame, jinye nak kampa. Ceritenye minta di cucuk waktu pemilu kalla’. Kame pun daan jua kannal sape-sape nang datang ke kampung kame ye, tapi urang nang datang ye tang rupe dah kannal-kannal inyan ngan kame, madah kan itu lah ini lah; macam macam. Ade nang datang dengan kipas angin untuk surau, ade nang mbawa sajadah, ade nang mbawa bola, macam macam lah.

Ade sorang, daan tau lah antah dari mane, datang ke kampung kame. Pala’ kampong pun tang care dah tak-geradak, nyuruh orang kampong kumpol di balai desa, madah kan ade calon nak datang ke kampong kite, jinye, mbawa ae’ gas warne merah, gayye di pala’ kampong kame madahkan nye ngan kame. Care dah be semangat inyan nampaknye pala’ kampong kame ye.

Lakkka’ simbahyang asar, kame pun ramai ramai lah datang ke balai desa. Lalu ngomong lah pala’ kampong:

“Assalamualaikum, nang saye hormate’ ketua RT 01 nang duduk di pituk kanan, nang saye hormate’ ketue RT 02 nang duduk antul lawang, nang paling kame hormate pa’ calon nang ti-togo didappan ye. Saye daan nak banyak-banyak ngomong, barang ja’ nang nak ngomong to’ bukan nye saye, tapi pa’ calon lah kalla’ nang nak banyak ngomong, jadi lansung aja’ lah saye bare’kan mikropon tu’ e ke pade pa’ calon”

Pak calon care dah suke inyan nampak nye, care dah semangat lalu, sampai lupa’ nak ngucapkan salam, lansung aja di ngomong siage-age’an nyaring pakai bahase Indonesia.

“Kita harus mencari KADER KADER pembangun desa. Desa ini harus memiliki KADER-KADER pembangun desa untuk kemajuan desa ini. Desa ini harus memiliki banyak KADER, supaya …………

Lansung pala’ kampong kame bediri. “minta maaf minta ampun pak calon, pak calon baru mulle ngomong dah ngomong kan KADER, pak calon nyuruh kame incare KADER”

“Iya itu harus” pak calon lansung jawab.

Pala’ kampong kame bediri age’ “mun pak calon makse orang kampong saye nak incare KADER, bagus saye hari itue’ de beranti jadi pala’ kampong, kampong itu ade tige KADER. Sean kampong laing nang ade tige KADER. Kampong kame nang paling banyak KADER. Pak calon tau ndak, KADER nang pertame, lakka’ sembahyang magrib simalam, kame’ tahlelan ampat puluh ari KADER, dan mati die pak. nang sorang agi KADER nang ke dua daan balik-balik ke kampong, paggi ke malaysia di tangkap polis malaysia, nang KADER sorang age’ ade dikampoong, tap jak’ Tepo’ di timpa’ kayu waktu keraje kayu di ulu paloh, jangan kan nak mbangun desa, nak bangun dire’ nye sorang pun tak tulong ngan bininye, jadi gaikemane lah saye nak care KADER agi, mun pak calon maseh nyuruh kame incare’ KADER untuk bangun kampong, saye beranti jadi pala’ kampong, mustahil” mun rajing, bace sambungannye

Posted in Only Joking | 8 Comments »

Kings (Sultans) and Rulers of Sambas

Posted by Wahyudi English on March 2, 2008

  1. Sri Paduka Ratu Sepudak of Sambas, the Ratu of Sambas after 1609
  2. Sri Paduka al-Sultan Tuanku Muhammad Saif ud-din I. ibni al-Marhum Sultan Ibrahim ‘Ali Umar Shah of Sambas , the Sultan of Sambas 1630-1670
  3. Sri Paduka al-Sultan Tuanku Muhammad Taj ud-din ibni al-Marhum Sultan Muhammad Saif ud-din of Sambas , the Sultan of Sambas 1670-1708
  4. Sri Paduka al-Sultan Tuanku ‘Umar Akam ud-din I. ibni al-Marhum Sultan Muhammad Taj ud-din , the Sultan of Sambas 1708-1732
  5. Sri Paduka al-Sultan Tuanku ‘Abu Bakar Kamal ud-din I. ibni al-Marhum Sultan Muhammad Jalal ud-din of Sabas , the Sultan of Sambas 1732-1762
  6. Sri Paduka al-Sultan Tuanku ‘Umar Akam ud-din II. Ibni al-Marhum Sultan ‘Abu Bakar Kamal ud-din of Sambas , the Sultan of Sambas 1762-1793
  7. Sri Paduka al-Sultan Tuanku ‘Abu Bakar Taj ud-din I. ibni al-Marhum Sultan ‘Umar Akam ud-din of Sambas , the Sultan of Sambas 1790-1814
  8. Sri Paduka al-Sultan Tuanku Muhammad ‘Ali Shafi ud-din I. ibni al-Marhum Sultan ‘Umar Akam ud-din II. of Sambas , the Sultan of Sambas 1814-1828
  9. Sri Paduka al-Sultan Tuanku ‘Usman Kamal ud-din ibni al-Marhum Sultan ‘Umar Akam ud-din II. of Sambas , the Sultan of Sambas 1828 – 1832
  10. Sri Paduka al-Sultan Tuanku ‘Umar Akam ud-din III. Ibni al-Marhum Sultan ‘Umar Akam ud-din II. of Sambas , the Sultan of Sambas 1832 – 1845
  11. Sri Paduka al-Sultan Tuanku ‘Abu Bakar Taj ud-din II. Ibni al-Marhum Sultan Muhammad ‘Ali Shafi ud-din I. of Sambas, the Sultan of Sambas 1846-1854
  12. Sri Paduka al-Sultan Tuanku ‘Umar Kamal ud-din ibni al-Marhum Sultan ‘Umar Akam ud-din III. of Sambas , the Sultan of Sambas 1854-1866
  13. Sri Paduka al-Sultan Tuanku Muhammad Shafi ud-din II. Ibni al-Marhum Sultan ‘Abu Bakar Taj ud-din II. of Sambas , the Sultan of Sambas 1866-1924
  14. Sri Paduka al-Sultan Tuanku Muhammad ‘Ali Shafi ud-din II. Ibni al-Marhum Sultan Muhammad ‘Ali Shafi ud-din I. of Sambas , the Sultan of Sambas 1924-1926
  15. Sri Paduka al-Sultan Tuanku Muhammad Ibrahim Shafi ud-din ibni al-Marhum Sultan Muhammad Shafi ud-din II. of Sambas , the Sultan of Smbas 1926-1944
  16. Japanese ruling council 1944-1945
  17. Interregnum 1945-1946 read more

Posted in Important Figures | 1 Comment »

Semangka Emas (Golden Watermelon)

Posted by Wahyudi English on March 2, 2008

 

Melayu Online dot Com
“So many countries, so many customs”, (Even though people might have similarities physically, yet the characteristics, attitudes and hearts are different one another). The meaning of this saying is reflected in one of folklores from Sambas, West Kalimantan, Indonesia. It is a story of two brothers, Muzakir and Dermawan. Both were the sons of a prosperous merchant in that area. The story tells that the two brothers shared the same amount of inheritance as their parents passed away. However, since the two were contradictory in approaching life so they treated the inheritance in a different way. Muzakir was a greedy man that he was reluctant to share his belongings and also money to anyone for any reason. Different to his brother, Dermawan (as is seen from the name, dermawan, which literally means a philanthropist), is a kind man. He sincerely shared his money or belongings to help the people in needs. It is told that one day Dermawan ran out of money for giving most of his money for charity that he left nothing more for himself. The brother Muzakir felt entertained by the fact that his brother was a fool sharing his money with others and was becoming poor. read more

Posted in Legend | Leave a Comment »

Basiyuni Imran Maharaja Imam Sambas

Posted by Wahyudi English on March 2, 2008

Oleh Wan Mohd. Shaghir Abdullah

INDAH nian, sekiranya kira merenung dan menghayati liku-liku sejarah keperibadian ulama. Yang lalu belum tamat, disambung pula dengan ulama Sambas, Kalimantan, Indonesia dalam artikel ini. Pada 1963, ketika saya mengembara di Jawa, saya membeli buku berjudul, Mengapa Kaum Muslimin Mundur dan Mengapa Kaum Selain Mereka Maju yang diterjemah oleh K. H. Munawar Chalil daripada karya Amir Syakib Arsalan. Sejak itu nama Syeikh Muhammad Basiyuni Imran Maharaja Imam Sambas mulai terpahat pada ingatan saya.

Betapa tidak, kerana buku itu disusun adalah sebagai jawapan daripada pertanyaan ulama Sambas itu yang ditujukan kepada gurunya Saiyid Rasyid Ridha. Judul asli dalam bahasa Arab Limaza Taakhkharal Muslimun, wa limaza Taqaddama Ghairuhum? Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 1966, di Kepulauan Riau saya mulai bergaul dengan adik ulama itu iaitu Pak Hifni Imran, salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia.

Beliau pula memiliki banyak ilmu hikmat untuk berdepan dengan musuh. Pada 1968 – 1969 sebelum saya bertemu dengan Syeikh Muhammad Basiyuni Imran saya telah menemui dua orang adik beliau ialah Haji Maaz Imran, seorang ulama, dan adiknya yang bongsu Haji Muhammad Zuhdi Imran, juga ulama, ketika itu sebagai Kepala Kantor Jabatan Agama Kabupaten Sambas, Kalimantan, Indonesia. Haji Muhammad Zuhdi Imran adalah seorang yang fasih berbahasa Arab, ahli pidato dan luas pergaulan. baca selengkapnya

Posted in Important Figures | 1 Comment »

Kejangallan (Cinte si Bujang)

Posted by Wahyudi English on March 2, 2008

Once upon a time in Sambas village

Waktu iye ari udah gallap inyan, ndak nampak ape ape di luar, urang pun dah balik dari surau laka’ sembahyang ise. Riuh randah kampong mun dah waktu malam daan agi kedengaran, urang seko’ seko’ na’ang nang ngelintau ngelintau di lorong, iye pun paling urang nang nak mbali nyak tanah, barang jak dirumahnye nyak tanah dah nak abis, pelitenye pun kisap-kisap nak mati. Ujan tang masih ballom beranti, tang masih kedangaran bunyi nye di atap daun rumah, ballom beranti lalu be dari bahari. Padehal Bujang dah bekammas, cari dah aksi lalu, rambutnye nang ikal mengkilat pakai minyak makan, maklumlah mun daan pakai minyak makan rambut Bujang jak ngerabba’ macam nak tembalui. Bujang bejalan kulu kile’, sekali-sekali mantau ke lorong dari lubang dinding rumahnye, laka’ iye dah kulu kile’ agi, care dah karap inyan lalu lalang dapan uma’ nye. Uma’nye ngerauk, “kau tue’ be nak jadi ape, tang rupe nak mbuang tabiat, kulu kile’kulu kile’ dapan rang tue, ibueh aku melietnye”. “Kau nak kemane rati-ing, ujan bahari tadi seagi-agian labat, daan kau liet lorong nang macam lumpur ye”. “Kau dah makan ke ballom?”. Bujang nyaut, “ballom makan ma”. Lansung aja’ uma’ ang nyambar dangan kerepekan nye nak siage-agean nyaring, “Kappa’-kappa’ aku berapi, tang alu daan nak makan be biak itue’ e…, daan nyaman agi ke nasi ee, tang cerite na’ ngerayau naang. Simari madahkan minta bakarkan ikan masing, yo dah ku bakarkan ye, makan lah, kala’ abang mu radak, abang mu ja’ siagi’ agi’an salak ee, tau ndak die rati urang laing ballom makan bace agi’ be mun rajing

Posted in Only Joking | Leave a Comment »